Kembali kumpulan kisah nyata kali ini akan mencoba berbagi tentang kisah sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga ini adalah suatu anugrah Allah yang maha besar karena dengan jaminan itu tentu hidup kita akan menjadi lebih damai.
Langsung saja ini dia kisahnya , Kisah nyata Kain kafan untuk penghuni surga.
Abu Dzar Al Ghifari adalah satu sahabat nabi yang oleh nabi disebut sebagai calon penghuni surga. Ini tentunya beralasan karena memang Abu Dzar Al Ghifari adalah orang yang paling berani dalam menegakkan kebenaran dan paling teguh dalam memegang keyakinan dan pendirian.
Dikisahkan, Abu Dzar Al Ghifari suatu saat tinggal di Rabazah, yaitu sebuah kita pengasingan dipadang pasir yang berjarak 80 KM daru luar kota Madinah Al Munawaroh. Disana Abu Dzar Al Ghifari hanya ditemani oleh istrinya, dan semua yang lakukan ini adalah hanya untuk menegakkan suatu kebenaran
“Seandainya ada orang yang meletakkan pedang diatas leherku untuk menghabisi nyawaku, niscaya aku akan tetap menyampaikan kebenaran itu jika aku sempat menyampaikan saat itu juga”. Begitulah sikap tegarnya sahabat nabi yang disebut oleh nabi sebagai seorang calon penghuni syurga.
Saat menjelang akhir hanyatnya, istrinya pun sempat menangisinya. Namun Abu Dzar Al Ghifari,
“Tak perlu menangisi kepergianku, karena Allah senantiasa bersamaku” Kata Abu Dzar Al Ghifari.
“Aku bukan menangisi kepergianmu”. Jawab istrinya.
“Lalu apa yang engkau tangisi wahai istriku” Tanya Abu Dzar Al Ghifari.
“Saya menangisi karena memikirkan dari mana saya akan mendapatkan kain kafan untuk membungkus jenazahmu. Tak selembar kainpun yang ku miliki sebagai ganti kain kafanmu” Jawab sang istri. Lalu Abu Dzar Al Ghifari pun berkata
“Wahai istriku, janganlah engkau menangis, dan memikirkan kain kafan untuk jenazahku, karena saya pernah mendengar Rasulullah menjanjikan akan hal itu”.
“Janjj apa?” Tanya sang istri penasaran.
“Rasulullah pernah bersabda, ada diantara kami yang akan meninggal dipadang pasir yang tandus dan akan ada serombongan orang beriman yang menolongnya" kata Abu Dzar
“Mungkin yang dimaksud Rasulullah itu adalah kamu wahai suamiku”. Istrinya bertanya dengan penuh harapan.
“Insya Allah, jadi kamu janganlah menangis. Dan engkau berdoa saja semoga rombongan itu segera datang ketempat ini.” Kata Abu Dzar penuh optimis, menghadapi semua itu. Akhirnya Abu Dzar Ghifari menghembuskan nafas terakhirnya dekat istri yang dicintainya. Sungguh betapa tabah dan teguhnya Abu Dzar dan istrinya.
Atas kekuasan Allah S.W.T tak lama sesudah Abu Dzar meninggal datanglah rombongan Abdullah bin Mas’ud lewat dipadang pasir Rabezah dengan membawa kain kafan. Kemudian rombongan itu menghampiri jenazah Abu Dzar. Betapa kagetnya Abdullah bin Mas’ud melihat saudaranya sudah menjadi mayat. Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.
Sungguh Allah Maha Adil dan Maha Kuasa, seorang yang demi sebuah kebenaran rela menghadapi kepahitan, bahkan hingga nafas yang terakhir namun tak pernah menggantikan kebenaran dengan apapun juga. Sunggu berbeda keaadan kita dan pada masa sekarang, orang sangat mudah untuk mengantikan kebenaran demi Jabatan, uang atau harta benda dan kedudukan. Rela menjual harga diri demi sebuah jabatan, hidup diatas penderitaan orang lain.
Semoga bermanfaat dan kita dapat mengambil hikamah dari kisah nyata diatas, biarlah hina dihadapan manusia namun sangat mulia dihadapan Allah dan Rasulullah, Seperti Abu Dzar Ghifari tersebut.
untuk kisah nyata yang lain kunjungi
Langsung saja ini dia kisahnya , Kisah nyata Kain kafan untuk penghuni surga.
Abu Dzar Al Ghifari adalah satu sahabat nabi yang oleh nabi disebut sebagai calon penghuni surga. Ini tentunya beralasan karena memang Abu Dzar Al Ghifari adalah orang yang paling berani dalam menegakkan kebenaran dan paling teguh dalam memegang keyakinan dan pendirian.
Dikisahkan, Abu Dzar Al Ghifari suatu saat tinggal di Rabazah, yaitu sebuah kita pengasingan dipadang pasir yang berjarak 80 KM daru luar kota Madinah Al Munawaroh. Disana Abu Dzar Al Ghifari hanya ditemani oleh istrinya, dan semua yang lakukan ini adalah hanya untuk menegakkan suatu kebenaran
“Seandainya ada orang yang meletakkan pedang diatas leherku untuk menghabisi nyawaku, niscaya aku akan tetap menyampaikan kebenaran itu jika aku sempat menyampaikan saat itu juga”. Begitulah sikap tegarnya sahabat nabi yang disebut oleh nabi sebagai seorang calon penghuni syurga.
Saat menjelang akhir hanyatnya, istrinya pun sempat menangisinya. Namun Abu Dzar Al Ghifari,
“Tak perlu menangisi kepergianku, karena Allah senantiasa bersamaku” Kata Abu Dzar Al Ghifari.
“Aku bukan menangisi kepergianmu”. Jawab istrinya.
“Lalu apa yang engkau tangisi wahai istriku” Tanya Abu Dzar Al Ghifari.
“Saya menangisi karena memikirkan dari mana saya akan mendapatkan kain kafan untuk membungkus jenazahmu. Tak selembar kainpun yang ku miliki sebagai ganti kain kafanmu” Jawab sang istri. Lalu Abu Dzar Al Ghifari pun berkata
“Wahai istriku, janganlah engkau menangis, dan memikirkan kain kafan untuk jenazahku, karena saya pernah mendengar Rasulullah menjanjikan akan hal itu”.
“Janjj apa?” Tanya sang istri penasaran.
“Rasulullah pernah bersabda, ada diantara kami yang akan meninggal dipadang pasir yang tandus dan akan ada serombongan orang beriman yang menolongnya" kata Abu Dzar
“Mungkin yang dimaksud Rasulullah itu adalah kamu wahai suamiku”. Istrinya bertanya dengan penuh harapan.
“Insya Allah, jadi kamu janganlah menangis. Dan engkau berdoa saja semoga rombongan itu segera datang ketempat ini.” Kata Abu Dzar penuh optimis, menghadapi semua itu. Akhirnya Abu Dzar Ghifari menghembuskan nafas terakhirnya dekat istri yang dicintainya. Sungguh betapa tabah dan teguhnya Abu Dzar dan istrinya.
Atas kekuasan Allah S.W.T tak lama sesudah Abu Dzar meninggal datanglah rombongan Abdullah bin Mas’ud lewat dipadang pasir Rabezah dengan membawa kain kafan. Kemudian rombongan itu menghampiri jenazah Abu Dzar. Betapa kagetnya Abdullah bin Mas’ud melihat saudaranya sudah menjadi mayat. Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.
Sungguh Allah Maha Adil dan Maha Kuasa, seorang yang demi sebuah kebenaran rela menghadapi kepahitan, bahkan hingga nafas yang terakhir namun tak pernah menggantikan kebenaran dengan apapun juga. Sunggu berbeda keaadan kita dan pada masa sekarang, orang sangat mudah untuk mengantikan kebenaran demi Jabatan, uang atau harta benda dan kedudukan. Rela menjual harga diri demi sebuah jabatan, hidup diatas penderitaan orang lain.
Semoga bermanfaat dan kita dapat mengambil hikamah dari kisah nyata diatas, biarlah hina dihadapan manusia namun sangat mulia dihadapan Allah dan Rasulullah, Seperti Abu Dzar Ghifari tersebut.
untuk kisah nyata yang lain kunjungi